Saturday, July 14, 2007

KETIKA WANITA HARUS MEMILIH
Lelaki suci itu termangu sedih. Wajah langitnya memandarkan rona duka. Hati beningnya tertusuk-tusuk. Ia seakan tak percaya saat para wanita penghuni griya kenabian itu meminta sesuatu yang justru ingin dijauhinya. Duka yang membuncah membuat lelaki pemungkas para nabi itu bahkan tidak berkenan menemui para sahabatnya untuk beberapa saat. Sahabat berkelas langit seperti Abu Bakar dan Umar bin Khattab pun tak kuasa untuk menemuinya.
Tak Lama berselang lelaki mulia itu memperkenankan kedua sahabat sekaligus mertuanya untuk memasukki griya dakwahnya yang sangat sederhana. Saat itu Kekasih Allah sedang dikelilingi oleh semua belahan jiwanya tak terkecuali Aisyah putri Abu bakar dan Hafsah putri Umar bin Khattab. Para wanita mulia itu membisu. Mereka tak kuasa menatap wajah teduh suaminya yang sedang tersaput mendung. Suasana begitu hening. Sejurus kemudian Lelaki yang bergelar al Amin itu menatap dalam wajah abu Bakar dan Umar bin Khattab seraya berkata " Bidadari-bidadari duniaku ini sedang meminta tambahan nafkah dariku"
Wajah Abu Bakar dan Umar bi Khattab merona merah karena malu . Maka bangkitlah Abu Bakar menuju Aisyah , sedangkan Umar bin Khattab menuju ke Hafsah. Keduanya menghardik putrinya masing-masing " Apakah kalian menuntut Rasulullah saw dengan sesuatu yang tidak dimilikinya ?" ucap mereka dengan nada tinggi. Kedua wanita dunia berkelas surga itu serempak menjawab " Sesungguhnya demi Allah setelah permintaan kali ini kami tidak akan menuntut Rasulullah dengan sesuatu yang tidak ada padanya" Begitu mendengar jawaban putri-putrinya itu Abu Bakar dan Umar bin Khattab bermaksud untuk memukul. Namun Rasulullah mencegahnya . Dengan penuh kasih Rasulullah berkata " Mereka tidak layak engkau perlakukan seperti itu "
Tidak lama kemudian Allah SWT menurunkan ayat tentang perkara memilih. Karena itu Rasulullah bergegas menemui Aisyah dan kemudian bersabda "Sesungguhnya aku menginggatkanmu tentang sesuatu. Namun aku tidak ingin engkau tergesa-gesa memutuskannnya sebelum engkau bermusyawarah dengan orangtuamu " Aisyah bertanya " apa itu ?" Maka Nabi saw membacakan ayat yang baru turun. " Wahai Nabi katakanlah kepada isteri-isterimu. Jika kamu menginginkan kehidupan dunia dan perhiasan nya , maka kemarilah untuk keberikan mut'ah dan aku akan ceraikan kamu dengan cara yang sebaik-baiknya. Dan jika kamu memilih Allah dan RasulNya serta kebahagiann negeri akhirat. Maka sesungguhnya Allah menyediakan bagi siapa saja yang berbuat baik diantaramu pahala yang besar (QS. Al Ahzab 28-29 ). Begitu mendengar Rasulullah selesai membacakan ayat tersebut , Aisyah langsung menjawab "Buat apa aku harus bermusyawarah dengan orang tuaku tentang perkara ini ? Karena sudah pasti aku memilih Allah dan RasulNya dan kebahagian diakhirat. Dan aku memintamu untuk tidak menyampaikan jawabanku ini kepada istri-istrimu yang lain "
Sesungguhnya kisah indah diatas menjelaskan isteri-isteri Rasulullah saw adalah wanita-wanita biasa. Sedangkan Abu Bakar dan umar Khattab adalah lelaki biasa seperti suami atau ayah anda. Mereka hidup dengan segala perasaan , kecenderungan dan tabiat kemanusian yang sama dengan perasaan, kecenderungan dan tabiat kemanusian yang kita miliki dan kita rasakan.
Hanya bedanya mereka dengan dengan segala karakter kemanusiannya itu mampu melesatkan diri mereka ke tingkat lebih tinggi dan membeningkan jiwa mereka dari goda dan nista. Sedangkan kita masih terkungkung dengan cela dan hina yang mengotori karakter kemanusian kita Islam tidak akan membiarkan kecenderungan dan tabiat kemanusian menjadi beku, terpenjara dan kemudian mati dalam jiwa-jiwa mereka. Islam hanya ingin membuatnya melesat menuju ke kemuliaan.
Kisah cinta tersebut juga membuat kita berjumpa dengan jiwa-jiwa isteri Nabi saw yang juga ingin mersakan indahnya dunia dan perhiasannya. Perkara ini sejatinya sangat manusiawi sekali Karena itu Rasulullah tidak memperkenankan Abu Bakar dan Umar bin Khattab memukul putri mereka. Manusia mulia itu seolah ingin menjelaskan bahwa permintaan Aisyah dan Hafsah adalah manusiawi sekali. Nasihat dari langit yang di sampaikan penuh kasih oleh tambatan hati itu mampu menyentuh sukma wanita mulia tersebut. Sehingga ketika wanita-wanita mulia itu harus memilih anatar dunia dan perhiasannya atau Allah dan RasulNya dan negeri akhirat maka dengan begitu mudah mereka menetapkan pilihannya. Ketika harus memilih jawaban mereka serupa " Sudah pasti aku memilih Allah dan RasulNya dan negeri akhirat" Kalau anda seorang wanita seperti Aisyah dan Hafsah maka anda akan berpeluang besar menjadi wanita dunia berkualitas surga.
( dr H. Hamy Wahjunianto . Alfalah, ed 222 )