Saturday, July 21, 2007

CINTA…..

Tumbuhnya cinta itu sering bukan atas inisiatif pelakunya, bukan karena keinginnanya dan tidak selalu kenikmatan bagi sebagian manusia. Mekarnya cinta itu laksana datangnya penyakit akut. Ia sering datang tiba-tiba. Tidak ada perbedaan antara keduanya"

Cinta itulah yang dialami oleh wanita bangsawan terhadap Yusuf a.s. Saat terpesona dengan ketampanan wajah Yusuf a.s tanpa sadar mereka memotong jemari mereka sendiri. Cinta semacam itulah yang dialami oleh seorang wanita yang langsung mengalami haid ketika melihat wajah tampan Mushab bin Az Zubair. Cinta sejenis itulah yang memenuhi ruang – ruang hati Khaulah binti Hakim yang memasrahkan dirinya kepada nabi Muhammad saw sehingga membuat Aisyah berkata “ Tidak malukah seorang wanita memasrahkan diri kepada seorang laki-laki?”

Jiwa yang mencintai pasti tahu bagaimana jalan untuk berdampingan dengan jiwa yang di cinta . Ia akan terus memedarkan daya tarik. Ia akan terus menebar pesona hingga antara jiwa yang dicinta akan seperti api dengan tungku atau laksana lebah dengan bunga. Jiwa yang mencinta tidak akan pernah bisa diam. Sebab hakikat cinta adalah pergerakan jiwa yang mencinta terhadap jiwa yang dicinta.

Cinta memang tidak bisa dibendung sebab ia adalah anugrah. Cinta memang tidak bisa di hadang sebab ia adalah karunia. Namun cinta harus dialirkan selaras dengan aliran cinta Sang Pemilik Cinta. Cinta harus digerakkan searah dengan gerakan cinta Sang Pemilik Cinta . Sehingga gerakan cinta jiwa kepada jiwa kekasih kan terus bersenyawa dengan gerakan cinta semesta.

Cinta itu pasti akan menyebabkan gerakan jiwa. Jiwa di ciptakan dalam keadaan bergerak, gerakan cinta jiwa itu bersifat alami. Siapapun yang mencintai seseorang, tentu akan merasakan kenikmatan dan ketenangan. Jika jiwa-jiwa itu tidak diisi cinta sama sekali maka ia akan lamaban , malas dan sulit bergerak.

Gerak cinta jiwa yang tiada henti kepada jiwa yang dicinta akan begitu indah dipandang, dilihat dan dirasakan. Seperti gerak cinta Rasulullah saw kepada jiwa Khadijah r.a . Saat Kahdijah sudah tiada, gerak cinta Rasulullah tidak pernah berhenti menyapa. Semoga seperti itu pula gerak cinta jiwa kita kepada jiwa sandaran hati kita masing –masing.

( dikutip dari tulisan dr Hamy Wahjuniantio: Simfoni Cinta )

0 Comments:

Post a Comment

<< Home